Sunday, March 8, 2009

DOKTRIN KESELAMATAN

MENGENAL KARYA ROH KUDUS DAN PROSES KESELAMATAN

Tindakan Allah dalam menyelamatkan manusia dikerjakan menurut urutan (ordo) tertentu. Urutan ini terdiri dari satu rangkaian tindakan dan proses.[1] Rangkaiannya dimulai dari panggilan, regenerasi, pembenaran, adopsi, penyucian dan pemuliaan. Semuanya ini berbeda satu dengan yang lainnya. Tidak ada satupun yang dapat didefinisikan dengan pengertian yang lainnya. Di dalam tindakan dan anugerah Allah, setiap bagian memiliki makna, fungsi dan maksud tersendiri yang berbeda.

1. PANGGILAN EFEKTIF

Panggilan terjadi pada saat Injil diberitakan, baik melalui pengajaran dikelas, khotbah di mimbar, ataupun melalui interaksi secara pribadi. Suatu panggilan pada dirinya sendiri tidaklah efektif. Dan panggilan semacam ini seringkali disebut sebagai panggilan universal dari Injil[2] atau panggilan umum. Mengenai panggilan universal ini di dalam Matius 22:14 dikatakan: “Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih."

Tetapi di dalam Perjanjian Baru, istilah “panggilan” ketika digunakan khususnya berkenaan dengan keselamatan, hampir selalu diterapkan secara seragam, yaitu bukan menunjuk kepada panggilan umum atau panggilan universal dari Injil, tetapi kepada panggilan yang membawa manusia masuk ke dalam kondisi keselamatan, dan dengan bersifat efektif.

Suatu panggilan akan menjadi efektif karena pekerjaan dari Roh Kudus. Roh Kudus memanggil seseorang melalui Firman Tuhan, dan Roh Kudus memakai Firman tersebut untuk memulai suatu proses keselamatan. Roy Zuck, di dalam bukunya yang membahas mengenai pekerjaan Roh Kudus di dalam pembelajaran mengatakan bahwa Roh Allah secara aktif melibatkan diri-Nya di dalam hati mereka yang belajar melalui tiga cara: menyatakan penghakiman, pengurapan, dan memberi pencerahan.[3] Di dalam Kisah Para Rasul ada diceritakan bagaimana panggilan efektif dialami Lidia. “Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus.” (Kis 16:14)

Seseorang yang mendapat panggilan yang efektif suatu saat pasti diselamatkan. Roh Kudus yang berkerja melalui khotbah pemberitaan Firman sehingga membuat khotbah tersebut berkuasa. Dan Roh Kudus memberi pencerahan kepada orang mendengarkan sehingga ia dapat mendengarkan Tuhan berbicara melalui khotbah tersebut.[4]

2. REGENERASI

Regenerasi berhubungan erat dengan panggilan efektif. Regenerasi atau lahir baru adalah tindakan Allah yang menanamkan prinsip kehidupan yang baru di dalam diri seseorang, dan memperbaharui hati seseorang sehingga memiliki kecenderungan untuk hidup kudus.[5] Regenerasi adalah dasar dari semua perubahan di dalam hati dan kehidupan. Ia merupakan perubahan yang menakjubkan, karena merupakan tindakan penciptaan ulang dari Allah sendiri. Melalui regenerasi ini seseorang yang mati di dalam pelanggaran dosa-dosanya, yang pikirannya dipenuhi perlawanan terhadap Allah, dan yang tidak dapat melakukan apa saja yang menyenangkan Allah, kini dapat menjawab panggilan untuk dipersekutukan dengan Kristus. Melalui regenerasi ini seseorang yang hatinya rusak dan pikirannya melawan Allah kini bisa menerima Kristus yang adalah manifestasi tertinggi kemuliaan Allah.

Proses kelahiran baru sepenuhnya murni pekerjaan Allah. Sedikitpun tidak ada andil manusia di dalamnya. Prosesnya betul-betul misterius dan hal inilah yang Yesus bicarakan dalam Yohanes 3:8. Ia berkata: “Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh." Semuanya itu menunjukkan kedaulatan, kemanjuran dan ketidakbisa-diduganya karya Roh Kudus di dalam regenerasi.

3. IMAN DAN PERTOBATAN

Regenerasi tidak dapat dipisahkan dari dampaknya, dan salah satu dampaknya adalah iman. Tanpa regenerasi, maka secara moral dan spiritual mustahil seseorang bisa percaya kepada Kristus. Tetapi ketika seseorang telah diregenerasikan, secara moral dan spiritual mustahil orang itu menolak Kristus.

Regenerasi adalah tindakan Allah, dan hanya oleh Allah saja. Sedangkan iman bukanlah tindakan Allah, tetapi manusialah yang percaya kepada Kristus. Memang karena anugerah Allah seseorang bisa percaya, tatapi iman adalah aktivitas dari pihak manusia dan hanya dari pihak manusia saja. Di dalam iman seseorang menerima dan bersandar hanya kepada Kristus untuk mendapatkan penebusanya.

Ada tiga hal yang perlu dibicarakan tentang natur iman. Iman adalah pengetahuan, kepastian dan kebersandaran (trust).[6]

a. Pengetahuan. Seorang yang beriman mengetahui siapakah Kristus itu, apa yang Ia perbuat, dan apakah Ia mampu melakukannya. Tanpa pengetahuan ini, iman akan merupakan suatu suatu tindakan buta atau bahkan suatu kebodohan. Jadi, haruslah ada pengertian kebenaran berkenaan dengan Kristus.

b. Kepastian. Kepastian yang termasuk dalam iman bukan hanya persetujuan terhadap kebenaran berkenaan dengan Kristus, tetapi juga pengenalan yang tepat berkenaan dengan hubungan antara kebenaran tentang Kristus dengan kelakuan kita sebagai orang berdosa. Keberadaan Kristus sebagai Juruselamat sepenuhnya berkenaan dengan kebutuhan kita yang terdalam dan paling ultimat.

c. Kebersandaran. Iman adalah pengetahuan yang berlanjut kepada kepastian, dan kepastian ini dilanjutkan kepada kebersandaran. Iman tidak bisa berhenti sampai pada komitmen diri kepada Kristus saja, tetapi suatu pengalihan ketergantungan akan keselamatan kita, yaitu dari bergantung kepada diri sendiri beralih kepada kebergantungan pada Kristus. Iman adalah bersandar kepada kebenaran (Faith is trust in truth).[7]

Antara iman dan pertobatan tidak dapat diketahui mana yang lebih dulu. Tidak ada prioritas. Ketekismus Singkat Westminster menjelaskan pertobatan sebagai berikut: “Pertobatan ke dalam hidup adalah anugerah keselamatan, dimana seorang berdosa keluar dari pengertian dosa-dosanya yang sesungguhnya, dan menerima kemurahan Allah di dalam Kristus, yang dengan kesedihan dan kebencian yang sunggung terhadap dosanya, telah berpaling darinya kepada Allah, dalam arti yang sepenuhnya, sambil berusaha keras mengikuti ketaatan yang baru.”

Pertobatan pada hakekatnya meliputi perubahan hati, pikiran dan kehendak. Perubahan ini secara prinsip berkaitan dengan empat hal: perubahan pikiran berkenaan dengan Allah, berkenaan dengan diri sendiri, berkenaan dengan dosa, dan berkenaan dengan kebenaran.

4. PEMBENARAN

Bagaimanakah manusia berdosa bisa benar dihadapan Allah? Kebenaran bahwa “Allahlah yang membenarkan” perlu digarisbawahi. Manusia tidak mampu membenarkan dirinya sendiri. Pembenaran dapat diartikan sebagai tindakan hukum dari Allah yang mendeklarasikan seorang berdosa sebagai orang benar yang didasarkan pada kebenaran Kristus yang sempurna.[8]

5. ADOPSI

Melalui adopsi orang tebusan diangkat menjadi anak-anak Tuhan Allah yang Mahakuasa.[9] Mereka diperkenalkan sebagai keluarga Allah dan mendapat bagian di dalamnya. Ayat yang menyatakan secara tegas sifat khusus dari adopsi ini adalah Yohanes 1:12, “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.”

Sebagaimana halnya dengan pembenaran, kebenaran tentang adopsi pantas untuk disampaikan kepada orang yang sudah percaya maupun yang belum percaya. Kepada mereka yang telah percaya, kebenaran ini mempertegas kembali status dan relasi mereka yang baru dengan Tuhan. Dengan status sebagain anak-anak Allah ini mereka mendapatkan rasa aman dan damai bersama Allah. Dan kepada mereka yang belum percaya, kebenaran ini memberikan jaminan kepada mereka bahwa mereka akan diberi kuasa menjadi anak-anak Allah jika mereka menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat satu-satunya.

6. PENYUCIAN

Penyucian adalah kelanjutan dari pekerjaan Roh Kudus yang menyucikan hidup orang berdosa, memperbaharui seluruh hidupnya sebagai gambar dan rupa Allah, dan yang memampukannya menghasilkan perbuatan baik.[10] Meskipun penyucian ini adalah suatu pekerjaan supranatural, namun orang percaya harus bekerja sama dengan Roh Kudus dan berperan aktif dalam menyucikan dirinya dari semua pencemaran jasmani dan rohani (2 Kor 7:1).

Meskipun penyucian ini terjadi secara menyeluruh di dalam diri manusia namun hal ini tidak membuat hidupnya menjadi sempurna. Ia masih memiliki dosa selama hidupnya. Masih adanya sisa-sisa kebejadan pada setiap bagian dirinya. Penyucian ini akan menyebabkan terjadinya tertentangan yang terus menerus dan tidak terselesaikan, antara daging melawan Roh, dan Roh melawan daging.

7. KETEKUANAN ORANG KUDUS

Sekali diselamatkan, selamanya diselamatkan. Ini merupakan penjelasan yang paling sederhana dan singkat mengenai ketekunan orang kudus.[11] Ketekunan orang kudus adalah pekerjaan Roh Kudus di dalam diri orang percaya, yang oleh anugerah Allah bekerja di dalam hati orang percaya sejak awal dan terus menerus bekerja sampai proses keselamatan selesai dengan sempurna.[12] Dengan demikian, seseorang yang telah mendapatkan anugerah keselamatan tidak akan pernah kehilangan keselamatannya. Sebab Roh Kuduslah yang bekerja sejak awalnya, dan terus menerus bekerja memelihara hatinya hingga keselamatannya sempurna.

Pengajaran mengenai kenyataan “sekali diselamatkan, tetap diselamatkan” merupakan salah satu pengajaran Alkitab yang paling agung. Pengajaran ini memberi sukacita karena kita mengetahui bahwa kita diselamatkan untuk selama-lamanya.

Namun doktrin ketekunan orang kudus jangan disalah mengeri bahwa setiap orang yang mengaku beriman di dalam Kristus dan menerima-Nya sebagai orang percaya di dalam persekutuan orang kudus, dijamin di dalam kekekalan mendapatkan jaminan keselamatan yang kekal. Sebab Alkitab sendiri telah memberikan peringatan akan bahaya kemurtadan. “Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum.” (Ibrani 6:4-6) Mereka dapat dipersamakan seperti perumpamaan benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu, yaitu orang yang menerima firman dengan sukacita dan masih terus bersukacita untuk waktu tertentu. Namun sesungguhnya imannya tidak pernah berakar di dalam Kristus. Imannya hanya sampai pada taraf persetujuan pemikiran. Ia setuju pada fakta bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat, namun imannya tidak sampai bersandar sepenuhnya kepada Kristus.

8. KESATUAN DENGAN KRISTUS

Kesatuan denga Kristus merupakan topik yang melingkupi semuanya. Ia mencakup lingkup keselamatan yang luas dari sejak bersumber dalam pemilihan kekal Allah, sampai buah finalnya di dalam pemuliaan orang-orang pilihan. Ia bukan sekedar satu fase penerapan penebusan, tetapi ia mendasari setiap aspek penebusan, baik dari penggenapannya sampai pada penerapannya. Kesatuan dengan Kristus mengikat seluruhnya, dan menjamin setiap orang yang kepadanya Kristus telah membayar penebusan secara efektif.[13]

Kesatuan dengan Kristus bersifat spiritual dan mistik. Bersifat spiritual artinya adalah pengikat dari kesatuan itu adalah Roh Kudus sendiri (1 Kor 12:13). Kesatuan ini merupakan kesatuan dari karakter spiritual yang berkaitan erat denga natur dan pekerjaan Roh Kudus, sehingga benar-benar melampaui kekuatan manusia menganalisa bagaimana Kristus tinggal di dalam umat-Nya dan umat-Nya tinggal di dalam Dia.[14]

Kesatuan dengan Kristus bersifat mistik artinya kesatuan ini sebagai suatu misteri yang tidak dapat dilihat dengan mata dan tidak dapat didengar oleh telinga demi untuk masuk ke dalam hati manusia, tetapi yang kemudian dinyatakan oleh Allah kepada kita melalui Roh-Nya dan melalui penyataan, dan iman dapat dikenal dan dimengerti oleh manusia.[15]

9. PEMULIAAN

Pemuliaan adalah fase terakhir dari penerapan penebusan. Fase ini menyempurnakan seluruh proses yang dimulai dengan panggilan efektif dan merupakan akhir dari seluruh proses penebusan. Pemuliaan berarti tercapainya tujuan akhir dari setiap umat pilihan Allah yang telah dipilih seturut maksud kekal Bapa, dan melingkupi penggenapan penebusan yang dijamin dan kerjakan oleh karya pengorbanan Kristus.

Pemuliaan merupakan puncak dan kesempurnaan penebusan dari keseluruhan pribadi, yaitu ketika integritas tubuh dan roh umat Allah telah diubahkan seturut gambar dari Penebus yang telah bangkit, yang telah ditinggikan dan dipermuliakan. Hal itu terjadi ketika setiap tubuh kehinaan mereka diubah seperti tubuh kemuliaan Kristus.[16]?[vb]



[1] John Murray, Penggenapan dan Penerapan Penebusan (Jakarta: Momentum, 1999), hal. 96.

[2] Ibid, hal. 107.

[3] Roy B. Zuck, Spiritual Power in Your Teaching (Chicago: Moody, 1972), p. 45.

[4] Louis Berkhof, Summary of Christian Doctrine (Grand Rapids, Michigan: Wm B. Eerdmans Publisher Company, 1938), hal. 126.

[5] Ibid, hal. 127.

[6] John Murray, hal. 136.

[7] Bruce Milne, Know the Truth (England: Inter-Varsity Press, 1982), hal. 187.

[8] Louis Berkhof, Summary of Christian Doctrine, hal. 138.

[9] John Murray, hal. 165.

[10] Louis Berkhof, Summary of Christian Doctrine, hal. 143.

[11] Edwin Palmer, Lima Pokok Calvinisme (Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1996), hal. 107.

[12] Louis Berkhof, Summary of Christian Doctrine, hal. 145.

[13] John Murray, hal. 208.

[14] Ibid, hal. 210.

[15] Ibid.

[16] Ibid, hal. 220.

No comments:

Post a Comment